REFLEKSI
MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
(bagian 2)
Menyambung
tulisan saya yang sebelumnya mengenai filsafat pendidikan. Selanjutnya pada
bagian ini saya akan memaparkan mengenai beberapa aliran filsafat dan
implikasinya terhadap pendidikan sehingga kita akan lebih mengetahui hakikat
pendidikan, wawasan dan pemahaman kita mengenai pendidikan akan lebih mendalam
dan diharapkan kita akan mampu melaksanakan praktek pendidikan yang ideal atau
yang dicita-citakan untuk bangsa ini.
1. IDEALISME
Saya awali dengan filsafat pendidikan
idealisme, dalam aliran filsafat ini lebih mengutamakan pikiran, roh, jiwa
daripada hal-hal yang bersifat kebendaan atau materi.
Menurut
saya penerapan aliran
ini dalam pendidikan akan
membimbing pengembangan kemampuan berpikir siswa karena dalam aliran ini segala
sesuatu melibatkan pikiran. Manusia dikatakan sebagai manusia juga jika ia
mampu berpikir dan memilih. Jika
manusia malas berpikir berarti ia bukan manusia. Ini membuktikan
bahwa manusia harus menggunakan pikirannya jika ingin disebut manusia. Manusia dituntut
untuk menggunakan pikirannya sendiri dalam menghasilkan sesuatu. Hal ini
mendorong siswa untuk bangkit dari kemalasan berpikir dan menjauh dari sifat
plagiat. Sehingga dalam aliran pendidikan ini siswa akan mengalami pengembangan
pikiran (intelektual)namun alangkah baiknya jika kemampuan intelektual
dibarengi dengan moral yang baik pula. Karena jika siswa hanya unggul secara
intelektual tanpa dibarengi moral maka yang akan terjadi adalah semakin
mekarnya korupsi di bangsa ini. Keungulan intelektual warga negara bukanlah
jaminan bahwa suatu negara akan maju. Buktinya para pejabat bangsa ini yang
berpendidikan tinggi juga kemampuan intelektualnya, namun karena tidak
dibarengi keunggulan moral mereka menyalahgunakan kekuasaannya. Mereka
mengabaikan tanggung jawab terhadap bangsa, merampas hak-hak rakyat untuk
kepentingan pribadi akibatnya banyak rakyat yang menderita, keadaan bangsa pun
semakin terpuruk karena ulah mereka. Sehingga pendidikan harus menghasilkan
siswa yang unggul baik secara moral maupun intelektual.
2. REALISME
Saya kurang
setuju dengan aliran realisme yang menuntut guru harus otoriter,
guru yang berkuasa dalam proses pembelajaran dan menuntut siswa sesuai apa yang dipandang baik secara sepihak oleh guru. Jelas ini sangat tidak menghargai kebebasan siswa.Karena segala sesuatu diatur dan sudah disediakan oleh
guru akibatnya siswa hanya akan pasif dan mendorong budaya konsumtif serta
malas berpikir. Ditambah dengan konsep pendidikan
realismeyang
tidak memberikan pembaharuan dalam masyarakat karena hanya menuntut manusia
agar dapat menyesuaikan diri dengan alam. Hal ini menyebabkan siswa tidak akan dapat berpikir kreatif untuk
menciptakan hal baru, pola pikir siswa tidak akan berkembang hanya akan statis.
3. PRAGMATISME
“Menurutpragmatisme
segala sesuatu itu bersifat relative (terus
berubah).Karena
segala sesuatu yang bersifat relative maka tujuan pedidikan menurut pragmatisme
harus mengajarkan tentang berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi dalam masyarakat serta menemukan atau memecahkan hal-hal baru
dalam kehidupan pribadi atau sosialnya”.
Tujuan tersebut mendorong siswa
berpikir kreatif untuk menciptakan hal-hal baru sehingga tidak hanya pasif
menerima apa yang telah ada. Mereka akan terus aktif mencari solusi untuk
memecahkan masalah yang dialami masyarakat dan terus berkarya menciptakan
sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Keadaan seperti ini juga akan menunjang
perkembangan bangsa.
4. SCHOLASTISISME
“Scholastisisme memandang bahwa segala
sesuatu adalah ciptaan Tuhan
termasuk manusia.Karena segala sesuatu bersumber pada Tuhan maka tujuan
pendidikan hendaknya mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia agar
selamat dunia dan akhirat”.
Menurut saya tujuan tersebut
bagus karena pada dasarnya potensi adalah sesuatu yang memungkinkan manusia
untuk berbuat baik sehingga jika semua potensi yang dimiliki manusia dapat
terwujud maka akan berdampak baik bagi kehidupan manusia. Namun saya kurang
setuju dengan pengelolaan kelas yang berpusat pada gurukarena ini kurang
menghargai kebebasan siswa seperti yang telah saya paparkan sebelumnya dalam
aliran realisme.
5. EKSISTENSIALISME
“Eksistensialismeberhubungan
dengan pengadaan manusia di dunia, manusia
sedang dalam perjalanan untuk menjadi manusia, dan memiliki kebebasan serta
tanggung jawab atas dirinya sendiri.Dapat disimpulkan bahwa manusia ada
terlebih dahulu kemudian menjadi (eksistensi esensi)”.
Menurut saya eksistensialisme
mengajarkan manusia untuk aktif berjuang dan bersungguh-sungguh dalam mencapai
tujuannya, bukan hanya dalam esensinya untuk menjadi manusia namun dalam
berbagai hal di kehidupan. Ini juga akan mendorong munculnya sifat optimis
dalam diri seseorang, pantang menyerah dalam menghadapi masalah dan gigih
mewujudkan cita-cita. Jika semua orang di bangsa ini memiliki jiwa seperti itu
selalu berjuang mewujudkan cita-cita bangsa maka bangsa yang menjadi idaman
setiap warga negara akan terwujud.
6. PROGRESIVISME
Progresivisme adalah suatu gerakan
praktis pendidikan oleh colonel francis w.p seorang kepala sekolah yang
memiliki kesadaran (indesenous endogen) untuk melakukan gerakan pendidikan.
Progresivisme menentang bentuk formalitas dan praktek pendidikan tradisional
yang otoriter.
Saya setuju dengan hal ini
karena sesuatu yang berada di bawah kekuasaan yang otoriter pasti hasilnya
kurang optimal begitu juga dalam praktek pendidikan siswa akan merasa tertekan
dan cenderung akan memberontak karena merasa kebebasannya
dirampas.Progresivisme juga menekankan perkembangan individu dan
mengharapkan munculnya kesadaran dari dalam diri individu dalam pendidikan, tidak hanya menunggu instruksi atau perintah.
Untuk memunculkan indesenous endogen diperlukan terlibatnya emosi dan perasaan dari masing-masing individu. Jika semua individu memiliki kesadaran yang timbul dari
dalam diri untuk maju maka bangsa pun akan maju. Karena masing-masing individu
sadar, memiliki inisiatif sendiri untuk berbuat sesuatu demi kemajuan bangsa,
tanpa menunggu perintah atau instruksi dari pihak lain.
7. ESENSIALISME
“Esensialisme berusaha mempertahankan
sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental atau unsur mutlak yang
menentukan keberadaan sesuatu. Menurut esensialisme realitas yang serba berubah
tidak tepat diterapkan dalam pendidikan karena akan menimbulkan praktek
pendidikan
yang tidak menentu dan dapat menyebabkan kehilangan arah. Oleh karena itu pendidikan berupaya
memelihara kebudayaan dan bertujuan mentransmisikan kebudayaan serta mempertahankan tradisi”.
Memang memelihara kebudayaan
itu penting agar tetap lestari karena kebudayaan merupakan ciri khas suatu
masyarakat namun jika hanya dipertahankan tanpa dikembangkan maka kebudayaan
akan statis begitu juga masyarakatnya tidak akan berkembang padahal dari waktu
ke waktu perkembangan teknologi semakin pesat. Jadi alangkah lebih baiknya jika
kebudayaan yang telah tumbuh di masyarakat dipadukan dengan kemajuan teknologi
agar masyarakat tidak tertinggal dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan
zaman tentunya tanpa menghilangkan identitas kebudayaannya.
8. PERENIALISME
“Perenialismemenggambarkan problem
solving, rekonstruksi atau perbaikan masyarakat.Aliran ini menganggap bahwa
kebudayaan masa lampau adalah yang ideal”.
Namun tidak semua kebudayaan
lampau cocok untuk diterapkan sekarang, contohnya dalam hal keyakinan atau
beragama, zaman dahulu nenek moyang kita meyakini batu atau pohon memiliki
kekuatan sehingga mereka menyembahnya dan menganggap bahwa batu atau pohon itu
sebagai Tuhan mereka, malah ada yang tidak meyakini adanya Tuhan atau atheis.
Hal itu tidak cocok untuk diterapkan di masa sekarang karena saat ini manusia
telah memiliki agama yang meyakini adanya Tuhan. Jadi akan lebih baik jika kita
menyaring kebudayaan masa lampau membuang hal-hal yang sekiranya tidak cocok
untuk diterapkan di masa sekarang danhanya mengambil nilai positif dari
kebudayaan lampau untuk diterapkan dalam pendidikan seperti nilai moral yang
akan membina otoritas moralpada diri siswa sehingga siswa mampu mengatur dirinya
sendiri dalam segala hal.
9. KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme adalah aliran
pedagogy baru yang lebih menghargai anak atau kemanusiaan. Siswa tidak hanya
pasif menerima transfer pengetahuan, mengumpulkan kemudian mengingat kembali
apa yang telah diberikan guru namun siswa membangun dan menemukan sendiri
pengetahuannya dengan cara consensus, kooperasi, berhubungan dengan orang lain
untuk memperoleh pengetahuan serta tidak berpusat pada buku (textbook thinking)
atau mendewakan buku.
10. PANCASILA
Setelah mengkaji mengenai berbagai
aliran filsafat selanjutnya kita masuk pada filsafat yang menjadi dasar bagi
pendidikan di Negara kita yaitu pancasila. Bangsa kita meyakini bahwa tuhan
adalah sumber pertama dan sekaligus menjadi tujuan akhir dari segala yang ada.
Pengetahuan dan nilai juga bersumber pada Tuhan. Namun pancasila mengakui
kebenaran yang mutlak dan yang relative. Manusia merupakan mahkluk tuhan yang
dibekali dengan berbagai potensi yang memungkinkan berbuat baik dan hawa nafsu
yang memugkinkan berbuat jahat. Oleh karena itu pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan meminimalisir hawa nafsu. Pendidikan jangan hanya
mengembangkan salah satu potensi saja namun harus secara keseluruhan sehingga
tidak akan terbentuk manusia yang hanya berilmu saja atau hanya beriman saja
namun akan terbentuk manusia yang cakap dalam berbagai dimensi kehidupannya.
Sehingga kurikulum pendidikannya juga dirancang tidak hanya berpusat pada siswa
atau hanya pada mata pelajaran saja namun berpusat pada semua aspek dan lebih
bersifat fleksibel.Metode yang digunakan juga bersifat multi metode,
menggunakan berbagai metode yang mendukung dalam pembelajaran dianggap dapat
menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Peran pendidik adalah memberi teladan,
motivasi dan bimbingan pada siswa, serta memberi kebebasan pada siswa untuk
berkreasi.
KRITIK
DAN SARAN
Jika kita amati filsafat yang menjadi
dasar pendidikan kita mengandung teori yang cukup baik dan sangat layak untuk
diterapkan dalam praktek pendidikan karena pancasila mengambil gagasan-gagasan
positif dari berbagai aliran filsafat, dengan landasan teori tersebut kita
yakin bahwa bangsa ini akan dapat melaksanakan praktek pendidikan yang ideal dan
menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun kenyataannya sangat berlainan,
kita mengalami sendiri bagaimana kacaunya system pendidikan di bangsa ini,
manusia yang berkualitas sebagai hasil pendidikan yang ideal menjadi hal langka
di bangsa ini karena kebanyakan manusia di bangsa ini hanya memandang
pendidikan secara materialistis sehingga mereka melaksanakan pendidikan hanya
untuk mendapat ijazah yang dapat digunakan untuk menghasilkan uang. Mereka
mengabaikan makna pendidikan yang seharusnya sebagai sarana untuk mengembangkan
diri baik secara moral maupun intelektual. Indesenous endogen atau kesadaran
dari dalam diri seperti yang diharapkan dalam progresivisme juga tidak akan
muncul akibatnya yang timbul adalah instructive impose hanya menunggu perintah saja
atau siswa hanya pasif menerima, mengumpulkan dan mengingat transfer
pengetahuan dari guru. Hal ini sangat berlawanan dengan aliran konstruktivisme
yang menghendaki siswa aktif mencari, menemukan dan membangun sendiri
pengetahuannya. Manusia yang mempunyai otoritas moral sebagai hasil pendidikan
yang diharapkan aliran perenialisme juga tidak terwujud. Contoh kecil saja
ketika lampu merah menyala karena tidak ada polisi maka dia menyerobot padahal
dia tahu hukum bahwa saat lampu merah harus berhenti, artinya orang tersebut
belum memiliki otoritas moral karena dia belum bisa mengatur dirinya sendiri.
Dan masih banyak lagi masalah pendidikan yang muncul di bangsa ini. Pasti
muncul dalam benak setiap orang sebenarnya apa yang salah dari pendidikan di
bangsa ini, sehingga pendidikan di bangsa ini sangat tertinggal jika
dibandingkan dengan bangsa lain. Tidak perlu dipermasalahkan siapa dan apa yang
salah dalam hal ini. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar pendidikan
di bangsa ini berkualitas, untuk mewujudkan hal itu diperlukan partisipasi dari
semua pihak dan lembaga, dari mulai individu, keluarga, sekolah, masyarakat
sampai pemerintah dan yang terpenting adalah setiap individu harus membenahi
dirinya masing-masing karena jika semua individu sadar diri maka pendidikan
yang berkualitas pun akan mudah untuk diwujudkan.
Setelah mempelajari berbagai aliran
filsafat dari mulai idealisme sampai pancasila, masing-masing aliran mempunyai
kekurangan dan kelebihan terutama dalam kaitannya dengan praktek pendidikan.
Sebagai calon pendidik yang akan terjun dalam dunia pendidikan kita harus
pandai dalam memilih layaknya sebagai springfer yang akan menyaring berbagai
aliran filsafat tersebut, mencegah hal-hal yang sekiranya tidak tepat untuk
diterapkan dalam praktek pendidikan dan meloloskan hal-hal yang baik untuk
diterapkan dalam praktek pendidikan yang akan menunjang pencapaian tujuan
pendidikan. Perlu diperhatikan juga sebelum kita mendidik orang lain, kita juga
harus mendidik diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar