Rabu, 26 Desember 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN


REFLEKSI MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
(bagian 2)
Menyambung tulisan saya yang sebelumnya mengenai filsafat pendidikan. Selanjutnya pada bagian ini saya akan memaparkan mengenai beberapa aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan sehingga kita akan lebih mengetahui hakikat pendidikan, wawasan dan pemahaman kita mengenai pendidikan akan lebih mendalam dan diharapkan kita akan mampu melaksanakan praktek pendidikan yang ideal atau yang dicita-citakan untuk bangsa ini.
1.    IDEALISME
Saya awali dengan filsafat pendidikan idealisme, dalam aliran filsafat ini lebih mengutamakan pikiran, roh, jiwa daripada hal-hal yang bersifat kebendaan atau materi.
Menurut saya penerapan aliran ini dalam pendidikan akan membimbing pengembangan kemampuan berpikir siswa karena dalam aliran ini segala sesuatu melibatkan pikiran. Manusia dikatakan sebagai manusia juga jika ia mampu berpikir dan memilih. Jika manusia malas berpikir berarti ia bukan manusia. Ini membuktikan bahwa manusia harus menggunakan pikirannya jika ingin disebut manusia. Manusia dituntut untuk menggunakan pikirannya sendiri dalam menghasilkan sesuatu. Hal ini mendorong siswa untuk bangkit dari kemalasan berpikir dan menjauh dari sifat plagiat. Sehingga dalam aliran pendidikan ini siswa akan mengalami pengembangan pikiran (intelektual)namun alangkah baiknya jika kemampuan intelektual dibarengi dengan moral yang baik pula. Karena jika siswa hanya unggul secara intelektual tanpa dibarengi moral maka yang akan terjadi adalah semakin mekarnya korupsi di bangsa ini. Keungulan intelektual warga negara bukanlah jaminan bahwa suatu negara akan maju. Buktinya para pejabat bangsa ini yang berpendidikan tinggi juga kemampuan intelektualnya, namun karena tidak dibarengi keunggulan moral mereka menyalahgunakan kekuasaannya. Mereka mengabaikan tanggung jawab terhadap bangsa, merampas hak-hak rakyat untuk kepentingan pribadi akibatnya banyak rakyat yang menderita, keadaan bangsa pun semakin terpuruk karena ulah mereka. Sehingga pendidikan harus menghasilkan siswa yang unggul baik secara moral maupun intelektual.
2.    REALISME
Saya kurang setuju dengan aliran realisme yang menuntut guru harus otoriter, guru yang berkuasa dalam proses pembelajaran dan menuntut siswa sesuai apa yang dipandang baik secara sepihak oleh guru. Jelas ini sangat tidak menghargai kebebasan siswa.Karena segala sesuatu diatur dan sudah disediakan oleh guru akibatnya siswa hanya akan pasif dan mendorong budaya konsumtif serta malas berpikir. Ditambah dengan konsep pendidikan realismeyang tidak memberikan pembaharuan dalam masyarakat karena hanya menuntut manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan alam. Hal ini menyebabkan siswa tidak akan dapat berpikir kreatif untuk menciptakan hal baru, pola pikir siswa tidak akan berkembang hanya akan statis.
3.    PRAGMATISME
Menurutpragmatisme segala sesuatu itu bersifat relative (terus berubah).Karena segala sesuatu yang bersifat relative maka tujuan pedidikan menurut pragmatisme harus mengajarkan tentang berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat serta menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi atau sosialnya.
Tujuan tersebut mendorong siswa berpikir kreatif untuk menciptakan hal-hal baru sehingga tidak hanya pasif menerima apa yang telah ada. Mereka akan terus aktif mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dialami masyarakat dan terus berkarya menciptakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Keadaan seperti ini juga akan menunjang perkembangan bangsa.
4.    SCHOLASTISISME
            Scholastisisme memandang bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan termasuk manusia.Karena segala sesuatu bersumber pada Tuhan maka tujuan pendidikan hendaknya mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia agar selamat dunia dan akhirat.
Menurut saya tujuan tersebut bagus karena pada dasarnya potensi adalah sesuatu yang memungkinkan manusia untuk berbuat baik sehingga jika semua potensi yang dimiliki manusia dapat terwujud maka akan berdampak baik bagi kehidupan manusia. Namun saya kurang setuju dengan pengelolaan kelas yang berpusat pada gurukarena ini kurang menghargai kebebasan siswa seperti yang telah saya paparkan sebelumnya dalam aliran realisme.
5.    EKSISTENSIALISME
            Eksistensialismeberhubungan dengan pengadaan manusia di dunia, manusia sedang dalam perjalanan untuk menjadi manusia, dan memiliki kebebasan serta tanggung jawab atas dirinya sendiri.Dapat disimpulkan bahwa manusia ada terlebih dahulu kemudian menjadi (eksistensi       esensi).
Menurut saya eksistensialisme mengajarkan manusia untuk aktif berjuang dan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuannya, bukan hanya dalam esensinya untuk menjadi manusia namun dalam berbagai hal di kehidupan. Ini juga akan mendorong munculnya sifat optimis dalam diri seseorang, pantang menyerah dalam menghadapi masalah dan gigih mewujudkan cita-cita. Jika semua orang di bangsa ini memiliki jiwa seperti itu selalu berjuang mewujudkan cita-cita bangsa maka bangsa yang menjadi idaman setiap warga negara akan terwujud.
6.    PROGRESIVISME
            Progresivisme adalah suatu gerakan praktis pendidikan oleh colonel francis w.p seorang kepala sekolah yang memiliki kesadaran (indesenous endogen) untuk melakukan gerakan pendidikan. Progresivisme menentang bentuk formalitas dan praktek pendidikan tradisional yang otoriter.
Saya setuju dengan hal ini karena sesuatu yang berada di bawah kekuasaan yang otoriter pasti hasilnya kurang optimal begitu juga dalam praktek pendidikan siswa akan merasa tertekan dan cenderung akan memberontak karena merasa kebebasannya dirampas.Progresivisme juga menekankan perkembangan individu dan mengharapkan munculnya kesadaran dari dalam diri individu dalam pendidikan, tidak hanya menunggu instruksi atau perintah. Untuk memunculkan indesenous endogen diperlukan terlibatnya emosi dan perasaan dari masing-masing individu. Jika semua individu memiliki kesadaran yang timbul dari dalam diri untuk maju maka bangsa pun akan maju. Karena masing-masing individu sadar, memiliki inisiatif sendiri untuk berbuat sesuatu demi kemajuan bangsa, tanpa menunggu perintah atau instruksi dari pihak lain.
7.    ESENSIALISME
            “Esensialisme berusaha mempertahankan sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut esensialisme realitas yang serba berubah tidak tepat diterapkan dalam pendidikan karena akan menimbulkan praktek pendidikan yang tidak menentu dan dapat menyebabkan kehilangan arah. Oleh karena itu pendidikan berupaya memelihara kebudayaan dan bertujuan mentransmisikan kebudayaan serta mempertahankan tradisi”.
Memang memelihara kebudayaan itu penting agar tetap lestari karena kebudayaan merupakan ciri khas suatu masyarakat namun jika hanya dipertahankan tanpa dikembangkan maka kebudayaan akan statis begitu juga masyarakatnya tidak akan berkembang padahal dari waktu ke waktu perkembangan teknologi semakin pesat. Jadi alangkah lebih baiknya jika kebudayaan yang telah tumbuh di masyarakat dipadukan dengan kemajuan teknologi agar masyarakat tidak tertinggal dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman tentunya tanpa menghilangkan identitas kebudayaannya.
8.    PERENIALISME
            Perenialismemenggambarkan problem solving, rekonstruksi atau perbaikan masyarakat.Aliran ini menganggap bahwa kebudayaan masa lampau adalah yang ideal.
Namun tidak semua kebudayaan lampau cocok untuk diterapkan sekarang, contohnya dalam hal keyakinan atau beragama, zaman dahulu nenek moyang kita meyakini batu atau pohon memiliki kekuatan sehingga mereka menyembahnya dan menganggap bahwa batu atau pohon itu sebagai Tuhan mereka, malah ada yang tidak meyakini adanya Tuhan atau atheis. Hal itu tidak cocok untuk diterapkan di masa sekarang karena saat ini manusia telah memiliki agama yang meyakini adanya Tuhan. Jadi akan lebih baik jika kita menyaring kebudayaan masa lampau membuang hal-hal yang sekiranya tidak cocok untuk diterapkan di masa sekarang danhanya mengambil nilai positif dari kebudayaan lampau untuk diterapkan dalam pendidikan seperti nilai moral yang akan membina otoritas moralpada diri siswa sehingga siswa mampu mengatur dirinya sendiri dalam segala hal.
9.    KONSTRUKTIVISME
            Konstruktivisme adalah aliran pedagogy baru yang lebih menghargai anak atau kemanusiaan. Siswa tidak hanya pasif menerima transfer pengetahuan, mengumpulkan kemudian mengingat kembali apa yang telah diberikan guru namun siswa membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya dengan cara consensus, kooperasi, berhubungan dengan orang lain untuk memperoleh pengetahuan serta tidak berpusat pada buku (textbook thinking) atau mendewakan buku.
10.    PANCASILA
Setelah mengkaji mengenai berbagai aliran filsafat selanjutnya kita masuk pada filsafat yang menjadi dasar bagi pendidikan di Negara kita yaitu pancasila. Bangsa kita meyakini bahwa tuhan adalah sumber pertama dan sekaligus menjadi tujuan akhir dari segala yang ada. Pengetahuan dan nilai juga bersumber pada Tuhan. Namun pancasila mengakui kebenaran yang mutlak dan yang relative. Manusia merupakan mahkluk tuhan yang dibekali dengan berbagai potensi yang memungkinkan berbuat baik dan hawa nafsu yang memugkinkan berbuat jahat. Oleh karena itu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir hawa nafsu. Pendidikan jangan hanya mengembangkan salah satu potensi saja namun harus secara keseluruhan sehingga tidak akan terbentuk manusia yang hanya berilmu saja atau hanya beriman saja namun akan terbentuk manusia yang cakap dalam berbagai dimensi kehidupannya. Sehingga kurikulum pendidikannya juga dirancang tidak hanya berpusat pada siswa atau hanya pada mata pelajaran saja namun berpusat pada semua aspek dan lebih bersifat fleksibel.Metode yang digunakan juga bersifat multi metode, menggunakan berbagai metode yang mendukung dalam pembelajaran dianggap dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Peran pendidik adalah memberi teladan, motivasi dan bimbingan pada siswa, serta memberi kebebasan pada siswa untuk berkreasi.
KRITIK DAN SARAN
Jika kita amati filsafat yang menjadi dasar pendidikan kita mengandung teori yang cukup baik dan sangat layak untuk diterapkan dalam praktek pendidikan karena pancasila mengambil gagasan-gagasan positif dari berbagai aliran filsafat, dengan landasan teori tersebut kita yakin bahwa bangsa ini akan dapat melaksanakan praktek pendidikan yang ideal dan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun kenyataannya sangat berlainan, kita mengalami sendiri bagaimana kacaunya system pendidikan di bangsa ini, manusia yang berkualitas sebagai hasil pendidikan yang ideal menjadi hal langka di bangsa ini karena kebanyakan manusia di bangsa ini hanya memandang pendidikan secara materialistis sehingga mereka melaksanakan pendidikan hanya untuk mendapat ijazah yang dapat digunakan untuk menghasilkan uang. Mereka mengabaikan makna pendidikan yang seharusnya sebagai sarana untuk mengembangkan diri baik secara moral maupun intelektual. Indesenous endogen atau kesadaran dari dalam diri seperti yang diharapkan dalam progresivisme juga tidak akan muncul akibatnya yang timbul adalah instructive impose hanya menunggu perintah saja atau siswa hanya pasif menerima, mengumpulkan dan mengingat transfer pengetahuan dari guru. Hal ini sangat berlawanan dengan aliran konstruktivisme yang menghendaki siswa aktif mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya. Manusia yang mempunyai otoritas moral sebagai hasil pendidikan yang diharapkan aliran perenialisme juga tidak terwujud. Contoh kecil saja ketika lampu merah menyala karena tidak ada polisi maka dia menyerobot padahal dia tahu hukum bahwa saat lampu merah harus berhenti, artinya orang tersebut belum memiliki otoritas moral karena dia belum bisa mengatur dirinya sendiri. Dan masih banyak lagi masalah pendidikan yang muncul di bangsa ini. Pasti muncul dalam benak setiap orang sebenarnya apa yang salah dari pendidikan di bangsa ini, sehingga pendidikan di bangsa ini sangat tertinggal jika dibandingkan dengan bangsa lain. Tidak perlu dipermasalahkan siapa dan apa yang salah dalam hal ini. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar pendidikan di bangsa ini berkualitas, untuk mewujudkan hal itu diperlukan partisipasi dari semua pihak dan lembaga, dari mulai individu, keluarga, sekolah, masyarakat sampai pemerintah dan yang terpenting adalah setiap individu harus membenahi dirinya masing-masing karena jika semua individu sadar diri maka pendidikan yang berkualitas pun akan mudah untuk diwujudkan.
Setelah mempelajari berbagai aliran filsafat dari mulai idealisme sampai pancasila, masing-masing aliran mempunyai kekurangan dan kelebihan terutama dalam kaitannya dengan praktek pendidikan. Sebagai calon pendidik yang akan terjun dalam dunia pendidikan kita harus pandai dalam memilih layaknya sebagai springfer yang akan menyaring berbagai aliran filsafat tersebut, mencegah hal-hal yang sekiranya tidak tepat untuk diterapkan dalam praktek pendidikan dan meloloskan hal-hal yang baik untuk diterapkan dalam praktek pendidikan yang akan menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Perlu diperhatikan juga sebelum kita mendidik orang lain, kita juga harus mendidik diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com