Rabu, 26 Desember 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN


REFLEKSI MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
(bagian 2)
Menyambung tulisan saya yang sebelumnya mengenai filsafat pendidikan. Selanjutnya pada bagian ini saya akan memaparkan mengenai beberapa aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan sehingga kita akan lebih mengetahui hakikat pendidikan, wawasan dan pemahaman kita mengenai pendidikan akan lebih mendalam dan diharapkan kita akan mampu melaksanakan praktek pendidikan yang ideal atau yang dicita-citakan untuk bangsa ini.
1.    IDEALISME
Saya awali dengan filsafat pendidikan idealisme, dalam aliran filsafat ini lebih mengutamakan pikiran, roh, jiwa daripada hal-hal yang bersifat kebendaan atau materi.
Menurut saya penerapan aliran ini dalam pendidikan akan membimbing pengembangan kemampuan berpikir siswa karena dalam aliran ini segala sesuatu melibatkan pikiran. Manusia dikatakan sebagai manusia juga jika ia mampu berpikir dan memilih. Jika manusia malas berpikir berarti ia bukan manusia. Ini membuktikan bahwa manusia harus menggunakan pikirannya jika ingin disebut manusia. Manusia dituntut untuk menggunakan pikirannya sendiri dalam menghasilkan sesuatu. Hal ini mendorong siswa untuk bangkit dari kemalasan berpikir dan menjauh dari sifat plagiat. Sehingga dalam aliran pendidikan ini siswa akan mengalami pengembangan pikiran (intelektual)namun alangkah baiknya jika kemampuan intelektual dibarengi dengan moral yang baik pula. Karena jika siswa hanya unggul secara intelektual tanpa dibarengi moral maka yang akan terjadi adalah semakin mekarnya korupsi di bangsa ini. Keungulan intelektual warga negara bukanlah jaminan bahwa suatu negara akan maju. Buktinya para pejabat bangsa ini yang berpendidikan tinggi juga kemampuan intelektualnya, namun karena tidak dibarengi keunggulan moral mereka menyalahgunakan kekuasaannya. Mereka mengabaikan tanggung jawab terhadap bangsa, merampas hak-hak rakyat untuk kepentingan pribadi akibatnya banyak rakyat yang menderita, keadaan bangsa pun semakin terpuruk karena ulah mereka. Sehingga pendidikan harus menghasilkan siswa yang unggul baik secara moral maupun intelektual.
2.    REALISME
Saya kurang setuju dengan aliran realisme yang menuntut guru harus otoriter, guru yang berkuasa dalam proses pembelajaran dan menuntut siswa sesuai apa yang dipandang baik secara sepihak oleh guru. Jelas ini sangat tidak menghargai kebebasan siswa.Karena segala sesuatu diatur dan sudah disediakan oleh guru akibatnya siswa hanya akan pasif dan mendorong budaya konsumtif serta malas berpikir. Ditambah dengan konsep pendidikan realismeyang tidak memberikan pembaharuan dalam masyarakat karena hanya menuntut manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan alam. Hal ini menyebabkan siswa tidak akan dapat berpikir kreatif untuk menciptakan hal baru, pola pikir siswa tidak akan berkembang hanya akan statis.
3.    PRAGMATISME
Menurutpragmatisme segala sesuatu itu bersifat relative (terus berubah).Karena segala sesuatu yang bersifat relative maka tujuan pedidikan menurut pragmatisme harus mengajarkan tentang berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat serta menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi atau sosialnya.
Tujuan tersebut mendorong siswa berpikir kreatif untuk menciptakan hal-hal baru sehingga tidak hanya pasif menerima apa yang telah ada. Mereka akan terus aktif mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dialami masyarakat dan terus berkarya menciptakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Keadaan seperti ini juga akan menunjang perkembangan bangsa.
4.    SCHOLASTISISME
            Scholastisisme memandang bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan termasuk manusia.Karena segala sesuatu bersumber pada Tuhan maka tujuan pendidikan hendaknya mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia agar selamat dunia dan akhirat.
Menurut saya tujuan tersebut bagus karena pada dasarnya potensi adalah sesuatu yang memungkinkan manusia untuk berbuat baik sehingga jika semua potensi yang dimiliki manusia dapat terwujud maka akan berdampak baik bagi kehidupan manusia. Namun saya kurang setuju dengan pengelolaan kelas yang berpusat pada gurukarena ini kurang menghargai kebebasan siswa seperti yang telah saya paparkan sebelumnya dalam aliran realisme.
5.    EKSISTENSIALISME
            Eksistensialismeberhubungan dengan pengadaan manusia di dunia, manusia sedang dalam perjalanan untuk menjadi manusia, dan memiliki kebebasan serta tanggung jawab atas dirinya sendiri.Dapat disimpulkan bahwa manusia ada terlebih dahulu kemudian menjadi (eksistensi       esensi).
Menurut saya eksistensialisme mengajarkan manusia untuk aktif berjuang dan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuannya, bukan hanya dalam esensinya untuk menjadi manusia namun dalam berbagai hal di kehidupan. Ini juga akan mendorong munculnya sifat optimis dalam diri seseorang, pantang menyerah dalam menghadapi masalah dan gigih mewujudkan cita-cita. Jika semua orang di bangsa ini memiliki jiwa seperti itu selalu berjuang mewujudkan cita-cita bangsa maka bangsa yang menjadi idaman setiap warga negara akan terwujud.
6.    PROGRESIVISME
            Progresivisme adalah suatu gerakan praktis pendidikan oleh colonel francis w.p seorang kepala sekolah yang memiliki kesadaran (indesenous endogen) untuk melakukan gerakan pendidikan. Progresivisme menentang bentuk formalitas dan praktek pendidikan tradisional yang otoriter.
Saya setuju dengan hal ini karena sesuatu yang berada di bawah kekuasaan yang otoriter pasti hasilnya kurang optimal begitu juga dalam praktek pendidikan siswa akan merasa tertekan dan cenderung akan memberontak karena merasa kebebasannya dirampas.Progresivisme juga menekankan perkembangan individu dan mengharapkan munculnya kesadaran dari dalam diri individu dalam pendidikan, tidak hanya menunggu instruksi atau perintah. Untuk memunculkan indesenous endogen diperlukan terlibatnya emosi dan perasaan dari masing-masing individu. Jika semua individu memiliki kesadaran yang timbul dari dalam diri untuk maju maka bangsa pun akan maju. Karena masing-masing individu sadar, memiliki inisiatif sendiri untuk berbuat sesuatu demi kemajuan bangsa, tanpa menunggu perintah atau instruksi dari pihak lain.
7.    ESENSIALISME
            “Esensialisme berusaha mempertahankan sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut esensialisme realitas yang serba berubah tidak tepat diterapkan dalam pendidikan karena akan menimbulkan praktek pendidikan yang tidak menentu dan dapat menyebabkan kehilangan arah. Oleh karena itu pendidikan berupaya memelihara kebudayaan dan bertujuan mentransmisikan kebudayaan serta mempertahankan tradisi”.
Memang memelihara kebudayaan itu penting agar tetap lestari karena kebudayaan merupakan ciri khas suatu masyarakat namun jika hanya dipertahankan tanpa dikembangkan maka kebudayaan akan statis begitu juga masyarakatnya tidak akan berkembang padahal dari waktu ke waktu perkembangan teknologi semakin pesat. Jadi alangkah lebih baiknya jika kebudayaan yang telah tumbuh di masyarakat dipadukan dengan kemajuan teknologi agar masyarakat tidak tertinggal dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman tentunya tanpa menghilangkan identitas kebudayaannya.
8.    PERENIALISME
            Perenialismemenggambarkan problem solving, rekonstruksi atau perbaikan masyarakat.Aliran ini menganggap bahwa kebudayaan masa lampau adalah yang ideal.
Namun tidak semua kebudayaan lampau cocok untuk diterapkan sekarang, contohnya dalam hal keyakinan atau beragama, zaman dahulu nenek moyang kita meyakini batu atau pohon memiliki kekuatan sehingga mereka menyembahnya dan menganggap bahwa batu atau pohon itu sebagai Tuhan mereka, malah ada yang tidak meyakini adanya Tuhan atau atheis. Hal itu tidak cocok untuk diterapkan di masa sekarang karena saat ini manusia telah memiliki agama yang meyakini adanya Tuhan. Jadi akan lebih baik jika kita menyaring kebudayaan masa lampau membuang hal-hal yang sekiranya tidak cocok untuk diterapkan di masa sekarang danhanya mengambil nilai positif dari kebudayaan lampau untuk diterapkan dalam pendidikan seperti nilai moral yang akan membina otoritas moralpada diri siswa sehingga siswa mampu mengatur dirinya sendiri dalam segala hal.
9.    KONSTRUKTIVISME
            Konstruktivisme adalah aliran pedagogy baru yang lebih menghargai anak atau kemanusiaan. Siswa tidak hanya pasif menerima transfer pengetahuan, mengumpulkan kemudian mengingat kembali apa yang telah diberikan guru namun siswa membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya dengan cara consensus, kooperasi, berhubungan dengan orang lain untuk memperoleh pengetahuan serta tidak berpusat pada buku (textbook thinking) atau mendewakan buku.
10.    PANCASILA
Setelah mengkaji mengenai berbagai aliran filsafat selanjutnya kita masuk pada filsafat yang menjadi dasar bagi pendidikan di Negara kita yaitu pancasila. Bangsa kita meyakini bahwa tuhan adalah sumber pertama dan sekaligus menjadi tujuan akhir dari segala yang ada. Pengetahuan dan nilai juga bersumber pada Tuhan. Namun pancasila mengakui kebenaran yang mutlak dan yang relative. Manusia merupakan mahkluk tuhan yang dibekali dengan berbagai potensi yang memungkinkan berbuat baik dan hawa nafsu yang memugkinkan berbuat jahat. Oleh karena itu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir hawa nafsu. Pendidikan jangan hanya mengembangkan salah satu potensi saja namun harus secara keseluruhan sehingga tidak akan terbentuk manusia yang hanya berilmu saja atau hanya beriman saja namun akan terbentuk manusia yang cakap dalam berbagai dimensi kehidupannya. Sehingga kurikulum pendidikannya juga dirancang tidak hanya berpusat pada siswa atau hanya pada mata pelajaran saja namun berpusat pada semua aspek dan lebih bersifat fleksibel.Metode yang digunakan juga bersifat multi metode, menggunakan berbagai metode yang mendukung dalam pembelajaran dianggap dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Peran pendidik adalah memberi teladan, motivasi dan bimbingan pada siswa, serta memberi kebebasan pada siswa untuk berkreasi.
KRITIK DAN SARAN
Jika kita amati filsafat yang menjadi dasar pendidikan kita mengandung teori yang cukup baik dan sangat layak untuk diterapkan dalam praktek pendidikan karena pancasila mengambil gagasan-gagasan positif dari berbagai aliran filsafat, dengan landasan teori tersebut kita yakin bahwa bangsa ini akan dapat melaksanakan praktek pendidikan yang ideal dan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun kenyataannya sangat berlainan, kita mengalami sendiri bagaimana kacaunya system pendidikan di bangsa ini, manusia yang berkualitas sebagai hasil pendidikan yang ideal menjadi hal langka di bangsa ini karena kebanyakan manusia di bangsa ini hanya memandang pendidikan secara materialistis sehingga mereka melaksanakan pendidikan hanya untuk mendapat ijazah yang dapat digunakan untuk menghasilkan uang. Mereka mengabaikan makna pendidikan yang seharusnya sebagai sarana untuk mengembangkan diri baik secara moral maupun intelektual. Indesenous endogen atau kesadaran dari dalam diri seperti yang diharapkan dalam progresivisme juga tidak akan muncul akibatnya yang timbul adalah instructive impose hanya menunggu perintah saja atau siswa hanya pasif menerima, mengumpulkan dan mengingat transfer pengetahuan dari guru. Hal ini sangat berlawanan dengan aliran konstruktivisme yang menghendaki siswa aktif mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya. Manusia yang mempunyai otoritas moral sebagai hasil pendidikan yang diharapkan aliran perenialisme juga tidak terwujud. Contoh kecil saja ketika lampu merah menyala karena tidak ada polisi maka dia menyerobot padahal dia tahu hukum bahwa saat lampu merah harus berhenti, artinya orang tersebut belum memiliki otoritas moral karena dia belum bisa mengatur dirinya sendiri. Dan masih banyak lagi masalah pendidikan yang muncul di bangsa ini. Pasti muncul dalam benak setiap orang sebenarnya apa yang salah dari pendidikan di bangsa ini, sehingga pendidikan di bangsa ini sangat tertinggal jika dibandingkan dengan bangsa lain. Tidak perlu dipermasalahkan siapa dan apa yang salah dalam hal ini. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar pendidikan di bangsa ini berkualitas, untuk mewujudkan hal itu diperlukan partisipasi dari semua pihak dan lembaga, dari mulai individu, keluarga, sekolah, masyarakat sampai pemerintah dan yang terpenting adalah setiap individu harus membenahi dirinya masing-masing karena jika semua individu sadar diri maka pendidikan yang berkualitas pun akan mudah untuk diwujudkan.
Setelah mempelajari berbagai aliran filsafat dari mulai idealisme sampai pancasila, masing-masing aliran mempunyai kekurangan dan kelebihan terutama dalam kaitannya dengan praktek pendidikan. Sebagai calon pendidik yang akan terjun dalam dunia pendidikan kita harus pandai dalam memilih layaknya sebagai springfer yang akan menyaring berbagai aliran filsafat tersebut, mencegah hal-hal yang sekiranya tidak tepat untuk diterapkan dalam praktek pendidikan dan meloloskan hal-hal yang baik untuk diterapkan dalam praktek pendidikan yang akan menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Perlu diperhatikan juga sebelum kita mendidik orang lain, kita juga harus mendidik diri sendiri.

FILSAFAT PENDIDIKAN


REFLEKSI MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
(bagian 1)
Saya akan mencoba merefleksi pemahaman saya mengenai filsafat berdasarkan apa yang telah saya pelajari selama mengikuti mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Pertama saya akan memulai mengenai apa yang dimaksud dengan filsafat secara umum berdasarkan pemahaman saya. Menurut saya filsafat mengandung beberapa kata yaitu pandangan, paham, pikiran, interpretasi/evaluasi.
Filsafat adalah suatu pandangan, contohnya, filsafat memandang bahwa manusia itu bersifat biologi, memiliki akal atau kesadaran sehingga mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, karena manusia memiliki akal atau kesadaran itulah dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki martabat (martabat diperoleh dari penyimpulan).Karena itulah filsafat bersifat metafisik dan lebih interpretatif.Berbeda dengan ilmu atau sains yang lebih bersifat empiris (indrawi), diperoleh berdasarkan data dan fakta, bersumber pada hukum alam sehingga lebih bersifat observable.
Filsafat adalah pikiran, dimana filsafat itu merupakan proses berpikir dan hasil berpikir.
Mengingat saat ini banyak siswa yang enggan mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya, mereka hanya pasif menerima dari guru dan hanya berpusat pada buku apalagi didukung dengan kemajuan teknologi yang berkembang semakin pesat.Salah satunya adalah internet yang menyediakan berbagai layanan dan memberikan kemudahan dalam berbagai hal termasuk dalam tugas sekolah. Mungkin ada beberapa yang menggunakan layanan tersebut sebagai referensi yang akan dikembangkan dengan hasil pikirannya sendiri, namun hal itu sangat langka karena kebanyakan hanya sebagai plagiator, mereka hanya menyalin apa yang didapat dari internet. Ini akan berefek buruk bagi siswa itu sendiri karena mereka akan malas berpikir, budaya plagiat pun akan semakin merajalela.
Disinilah peran filsafat, filsafat akan dapat megubah kebiasaan tersebut karena dengan berfilsafat akan mendorong seseorang untuk dapat berpikir kritis dan rasional. Filsafat juga menuntut seseorang untuk berpikir sungguh-sungguh dengan melibatkan seluruh pengalaman pribadinya agar menemukan hakikat dari masalah yang dihadapinya. Dengan mengajarkan filsafat  maka diharapkan siswa dapat mencari dan membangun sendiri pengetahuannya dengan cara berpikir melibatkan seluruh pengalaman pribadi dan potensi yang dimilikinya sehingga akan terlepas dari budaya plagiator.
Selain membangun budaya berpikir ternyata filsafat juga dapat mengembangkan sikap toleransi terbukti dengan“kebenaran filsafat yang bersifat subjektif paralelistik yaitu system teori yang dihasilkan oleh seorang filsuf itu benar bagi dirinya dan para penganutnya, kebenaran itu berlaku dalam wilayahnya masing-masing sehingga suatu system teori tidak dapat menjatuhkan system teori yang lain mengenai kebenarannya”.
Mengingat bangsa kita adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, ras, budaya dan agama tentunya sangat diperlukan adanya toleransi agar tidak terjadi perpecahan di bangsa ini. Oleh karena itu dengan mempelajari filsafat diharapkan sikap toleransi akan tertanam pada diri siswa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga walaupun kita hidup dalam kemajemukan namun jika kita saling menghormati maka tak akan ada perpecahan dan persatuan bangsa ini juga akan semakin kokoh.
Filsafat sebagai interpretasi atau evaluasi. Lahir dan berkembangnya filsafat telah membebaskan manusia dari belenggu tradisi dan kebodohan serta membimbing manusia untuk lebih berpikir rasional. Pertumbuhan dan perkembangan filsafat telah menghasilkan konsep atau teori yang bersifat mendasar tentang segala sesuatu, dari konsep yang dihasilkan oleh filsafat itulah muncul dan berkembang ilmusehingga filsafat dikatakan sebagai induk dari ilmu. Lambat laun ilmu tersebut makin berkembang dan mandiri sehingga memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat. Namun sebagai induk dari ilmu,filsafat tetap berupaya membimbing perkembangan anaknya yaitu ilmu agar menuju ke arah yang baik melalui evaluasi, kritik, dan koreksi agar ilmu dapat berguna bagi masyarakat. Sebagai induk ilmu, filsafat tidak pernah mandul karena pertanyaan selalu muncul dan jawaban yang diberikan tidak pernah menghasilkan kepuasan sehingga filsafat selalu ada untuk menyempurnakan ilmu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip dasar yang melandasi ilmu pengetahuan.
Selanjutnya kata yang terkandung dalam filsafat adalah paham atau aliran. Dalam filsafat terdapat beberapa paham atau aliran seperti idealisme, realisme, pragmatisme, scholastisisme, eksistensialisme, progresivisme, esensialisme, perenialisme, konstrukstivisme, dan sebagainya.
Namun sebelum mendalami berbagai aliran filsafat tersebut kita akan singgah ke filsafat pendidikan. Karena kita berada dalam lingkungan pendidikan maka kita juga harus mengenal filsafat pendidikan agar kita dapat mengetahui bagaimana pendidikan menurut pandangan filsafat. Oleh karena itu saya akan mencoba memaparkan mengenai filsafat pendidikan. Sebenarnya filsafat pendidikan ini tidak jauh berbeda dengan filsafat umum hanya saja objek yang dikaji dalam filsafat pendidikan lebih spesifik yaitu mengenai pendidikan dan permasalahan atau pertanyaan yang muncul mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan mencoba mengungkap hakikat mengenai pendidikan, yang dapat dijadikan pedoman dalam praktek pendidikan, serta memberi petunjuk kemana arah dan tujuan pendidikan yang seharusnya. Sehingga pendidikan yang dicita-citakan akan tercapai.

Sumber bacaan :
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih, (2008), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Percikan Ilmu.

Rabu, 12 Desember 2012

Trik Perkalian


Trik Perkalian (bagian 1)
Perkalian, merupakan salah satu operasi dasar dalam matematika. Namun berdasarkan salah satu guru SD yang saya temui ketika melakukan observasi di lapangan, kesulitan siswa pada pelajaran matematika ternyata terletak pada perkalian. Siswa kurang menguasai perkalian sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan perkalian.
Operasi hitung perkalian mungkin memang lebih sulit dibandingkan dengan penjumlahan ataupun pengurangan. Oleh karena itu perlu cara-cara atau trik-trik yang mudah dan cepat agar siswa dapat memahami perkalian.
Berikut ada trik-trik atau cara cepat perkalian untuk beberapa bilangan
1.      Perkalian 9
a.      Perkalian 9 dengan bilangan 1-10
Caranya :
v  Ulurkan kedua tangan kita ke depan dengan jari-jari terbuka.
v  Untuk 9 x 2 tekuk  jari kedua dari kiri (jari manis tangan kiri) ke bawah.
v  Lihat dan perhatikan jari yang masih berdiri. Kita memiliki 1 jari di depan jari yang ditekuk dan 8 jari setelah jari yang ditekuk.
v  Jadi jawaban adalah 18.
 Untuk 9 x 3 yang ditekuk jari ketiga dari kiri,
untuk 9 x 4 yang ditekuk jari keempat dari kiri,
dst……
sampai 9 x 10 jari yang ditekuk jari kesepuluh dari kiri. Kita memiliki 9  jari di depan jari yang ditekuk dan tidak ada jari setelah jari yang ditekuk (0).
Jadi jawaban adalah 90.

Ternyata jika diperhatikan setiap bilangan 1-20 jika dikalikan 9 maka jumlah hasilnya = 9
maka :
1 x 9 = 9
2 x 9 = 18, jumlah 1 + 8 = 9
3 x 9 = 27, jumlah 2 + 7 = 9
4 x 9 = 36, jumlah 3 + 6 = 9
.
.
.
20 x 9 = 180, jumlah 1+8+0 = 9

b.      Perkalian 9 dengan bilangan puluhan kembar
Contoh :
22 x 9 =…
Caranya  2 x 9 = 18, lalu selipkan angka 9 ditengah angka 18, jadi hasil dari 22 x 9 adalah 198.
33 x 9 = 297 ( caranya 3 x 9 = 27, selipkan 9 ditengah angka 27 sehingga hasilnya 297)
44 x 9 = 396 .
55 x 9 = 495 .
66 x 9 = 594 .
77 x 9 = 693 .
88 x 9 = 792 .
99 x 9 = 891 ( caranya 9 x 9 = 81, selipkan 9 ditengah angka 27 sehingga hasilnya 891)

c.       Perkalian 9 dengan bilangan ratusan kembar
Lalu bagaimana jika dengan 3 angka kembar (ratusan), selipkan saja angka 99 ditengahnya.
Contoh :
222 x 9 = 1998 (caranya 2 x 9= 18, selipkan 99 ditengah ditengah angka 18 sehingga hasilnya 1998)
333 x 9 = 2997
444 x 9 = 3996
555 x 9 = 4995
.
.
.
999 x 9 = 8991 (caranya 9 x 9= 81, selipkan 99 ditengah ditengah angka 81 sehingga hasilnya 8991)

Kamis, 06 Desember 2012

 

Hakikat Sejati Kebahagaan Hidup
1.    Identitas Buku
            Judul                           : Ayahku (Bukan) Pembohong
            Pengarang                   : Tere-liye
            Penerbit                       :PT Gramedia Pustaka Utama
            Cetakan pertama         : April 2011
            Jumlah halaman           : 304 halaman
2.    Ringkasan/Sinopsis
Inilah kisahtentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati.
Dam adalah seorang anak dari keluarga sederhana, ayahnya seorang pensiunan pegawai negeri dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Ayah Dam mempunyai cara tersendiri untuk mendidik anaknya, yaitu dengan menceritakan tentang orang-orang hebat seperti sang kapten sepakbola yang sedang populer, suku penguasa angin dengan layang-layang raksasa, lembah Bukhara yang indah dengan apel emasnya, dan si Raja Tidur yang adil dan bijaksana. Tentu Dam kecil sangat antusias dengan cerita tersebut apalagi sang ayah ada di cerita itu bersama orang- orang hebat tersebut. Cerita- cerita tersebut menjadi sumber inspirasi dan motivasinya, Dam banyak mengambil pelajaran dari cerita ayahnya itu.
Namun ketertarikan Dam akan cerita ayahnya mulai luntur ketika dam mulai beranjak dewasa tepatnya saat ia di bangku SMA. Berawal dari pilihan ayahnya untuk menyekolahkan Dam di Akademi Gajah, sebuah sekolah yang asing baginya dan tak pernah ia dengar sebelumnya. Namun Dam banyak mendapatkan pengalaman dan pelajaran hidup di Akademi Gajah. Kepercayaan Dam akan cerita ayahnya mulai luntur saat ia menemukan buku-buku dongeng tua di perpustakaan Akademi Gajah. Cerita- cerita ayahnya tentang lembah Bukhara dan suku penguasa angin sama persis seperti cerita yang ditulis di buku tua itu. Saat itulah Dam yang telah dewasa mulai berpikir bahwa cerita ayahmya hanya dongeng belaka yang penuh dengan kebohongan, ayahnya tidak mungkin suku yang hanya ada dalam dongeng, begitu juga dengan sang kapten idolanya yang begitu hebat dan populer, ayahnya tidak mungkin mengenalnya.
Dam mulai tidak suka dengan cerita-cerita ayahnya, Dam punn semakin membenci ayahnya ketika ibunya sakit dan akhirnya meninggal. Dam mengira bahwa ayahnya tidak berusaha untuk membuat ibunya sembuh dengan mengikuti terapi atau serangkaian pengobatan, padahal ibunya sendiri yang tidak mau menjalani terapi tersebut. Tapi Dam tetap saja menyalahkan ayahnya karena baginya apa yang disampaikan ayahnya adalah kebohongan.
       Bahkan saat kuliah dam memilih untuk tinggal di kontrakan, karena baginya jika tetap tinggal di rumah akan mengingatkan kenangan tentang ibunya dan memunculkan kebencian terhadap ayahnya. Sampai suatu ketika Dam bertemu dengan Taani yang dulu adalah temannya di SD sampai SMP, kebetulan mereka kuliah di universitas yang samahanya beda jurusan. Dam mengambil jurusan teknik arsitektur yang menjadi hobi barunya saat di Akademi Gajah bahkan seluruh bangunan di sana telah berhasil dia gambar dengan detail selama 3 tahun di sana. Sedangkan Taani memilih jurusan biologi dan nantinya akan menjadi florist yang hebat.
Dam dan Taani memang akrab sejak kecil, hanya Taani yang menjadi teman baiknya saat diejek oleh Jarjit seorang anak orang kaya yang tidak suka dengan Dam karena orang tua Jarjit selalu membandingkan dirinya dengan Dam, mereka mengharapkan Jarjit seperti Dam  yang baik, patuh, penurut dan lain-lain, itulah yang membuat Jarjit selalu memusuhi Dam, begitu juga Dam sangat membenci Jarjit yang menurutnya kelewatan menghina dirinya dan keluarganya. Mereka sering berkelahi sampai orangtua mereka dipanggil ke sekolah. Kalau sudah seperti itu orang tua jarjit selalu minta maaf pada keluarga Dam. Walaupun keluarga Jarjit kaya namun mereka sangat menghormati ayah Dam dan keluarganya yang sederhana. Permusuhan mereka tidak hanya terjadi di sekolah tapi berlanjut juga di klub renang yang mereka ikuti. Namun akhirnya permusuhan mereka sirna, berawal dari sebuah taruhan yang jika Dam berhasil mengalahkan Jarjit, maka Jarjit tidak akan mengganggunya lagi selamanya,tapi jika jarjit menang Dam harus mengaku bahwa dirinya pecundang dan tidak lebih hebat dari Jarjit. Namun saat berenang Jarjit tenggelam lalu Dam lah yang menolongnya lalu membawa ke rumah sakit dengan angkutan umum Dam hanya memakai celana renang. Sejak itu permusuhan diantara mereka berganti menjadi persahabatan, keduanya menjadi partner yang sangat kompak di klub renang.
Selai Taani adalah sahabatnya, dia juga anak dari pelatih renang klubnya. Maka tidak heran jika papa Taani telah mengenal dam dan sangat setuju dengan hubungan mereka sampai akhirnya mereka menikah dan dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Zas dan Qon, keduanya anak yang cerdas. Mereka menjadi keluarga kecil yang bahagia.
       Namun di tengah kebahagiaan itu, kebencian Dam pada ayahnya muncul kembali saat Taani mengajak ayah Dam tinggal di rumah mereka karena Taani kasihan dengan melihat ayah Dam tinggal sendri an tidak ada yang mengurusi. Ayahnya memperlakukan cucunya sama seperti Dam kecil, menceritakan cerita-cerita hebat. Sama seperti Dam kecil, Zas dan Qon pun sangat antusias mendengar cerita kakeknya. Dam sangat tidak suka dengan hal itu, menurutnya Zas dan Qon adalah anak-anaknya Dam akan mendidiknya dengan caranya sendiri bukan dengan cerita-cerita ayahnya yang menurutnya hanya kebohongan belaka. Apalagi sejak kedatangan ayahnya jadwal Zas dan Qon sedikit berubah, jam tidur mereka sering mulur karena asyik dengan cerita kakeknya. Dan yang membuat Dam sangat marah adalah saat menerima pemberitahuan dari sekolah bahwa sudah tiga hari anak-anaknya bolos sekolah. Karena keingintahuan akan kebenaran cerita kakeknya tentang suku penguasa angin dan lembah bukhara yang indah dengan apel emasnya mereka pergi ke perpustakaan kota untuk mencari tahu sehingga mereka bolos sekolah. Peristiwa itu membuat dam sangat marah dengan ayahnya sampai dia mengusir ayahnya di tengah malam saat hujan rintik-rintik, karena menurutnya ayahnya membawa dampak negatif bagi anak-anaknya.
       Namun saat pergi dari rumah Dam ayahnya tidak pulang ke rumah tapi ke makam istrinya. Pagi harinya penjaga makam menemukannya tergeletak pingsan di pemakaman. Lalu membawanya ke rumah sakit. Naluri Dam sebagai seorang anak tidak benar- benar hilang, Dam pun mencemaskan keadaan ayahnya yang masih tergeletak tak berdaya di atas ranjang pasien, dia takut kehilangan orang yang dicintai untuk kedua kalinya. Akhirnya ayahnya membuka mata dan berkata lirih minta maaf, dia minta izin untuk bercerita terakhir kalinya Dam pun tak bisa menolaknya. Ayah bercerita pertemuannya dengan ibunya seorang artis yang hampir frustasi karena penyakitnya, lalu menerima ayahnya yag ahnya orang biasa sebagai suaminya. Dokter memvonis ibunya tidak akan bertahan lama namun dia bisa bertahan sampai Dam lahir dan dewasa, itu semua karena dia bahagia, obat yang paling mujarab adalah kebahagiaan. Akhirnya ayah Dam pergi untuk selamanya, Dam sangat terpukul dengan kepergian ayahnya, dia kehilangan orang yang dicintai untuk kedua kalinya.
Saat pemakaman berlangsung begitu banyak yaaang melayat sepertinya semua orang dari seluruh kota berkumpul. Di langit terlihat 9 layang-layang raksasa seperti layang-layang suku penguasa angin yang ayah ceritakan, yang lebih mengagetkan sang kapten yang menjadi idolanya semasa kecil Dam pun datang, sang kapten mengenal ayahnya. Saat itulah Dam sadar bahwa ayahnya bukan seorang pembohong.
3.    Unsur Intrinsik
·      Tema      : kehidupan
·      Alur       : campuran
·      Tokoh    : ~ Dam wataknya patuh,
  ~ Ayah Dam wataknya penyayang, bijaksana.
  ~ Ibu Dam wataknya sabar, penyayang.
  ~ Jarjit wataknya awalnya jahat tapi setia kawan.
  ~ Retro wataknya suka mengeluh, setia kawan.
  ~ Ayah Jarjit wataknya tegas, baik , tidak sombong.
  ~ Ibu Jarjit wataknya baik, tidak sombong.
  ~ Pelatih/ papa Taani wataknya tegas, disiplin.
  ~ Taani wataknya baik, sabar, penyayang, setia kawan.
  ~ Zas wataknya bertanggungjawab, penurut, patuh, cerdas.
  ~ Qon wataknya sedikit manja, patuh, penurut dan cerdas.
·      Latar
Dalam novel ini mengambil banyak tempat diantaranya:
-         Rumah ayah Dam saat dam masih kecil dan ibunya masih hidup.
-        Sekolah SD saat ia sering bertengkar dengan jarjit dan dihukum karena malamnya menonton siaran sepakbola sehingga terlambat ke sekolah.
-         Stadion kota, saat dam dan keluarganya menonton sang kapten idolanya secara langsung.
-          Akademi Gajah, saat Dam duduk di bangku SMA.
-          Perkampungan penduduk, saat Dam dan teman-temannya bekerja sampingan membantu penduduk memanen hasil kebun.
-          Stasiun kereta, saat Dam berangkat dan pulang dari Akademi Gajah.
-          Rumah sakit, saat ibu dan ayah dam dirawat dan meninggal.
-          Rumah Taani saat Dam bertemu dengan orang tua Taani yang akan menjadi mertuanya.
-          Rumah Dam dan Taani (tempat tinggal dam bersama istri dan dua orang anaknya), saat ayahnya  bercerita pada kedua cucunya dan saat Dam mengusir ayahnya.
-           Tempat pemakaman, setelah ayahnya diusir oleh Dam dan tempat kedatangan sang kapten yang menjadi idolanya saat pemakaman ayahnya berlangsung.

·      Sudut pandang pengarang : orang pertama pelaku utama.
·      Amanat  : ~ Kita harus berbakti pada orang tua.
  ~ Bekerja keras dan jangan pernah menyerah dalam hidup.
  ~ Kita harus menolong orang yang terkena musibah walaupun dia musuh kita.
  ~ Kita tidak boleh sombong walaupun kita lebih kaya namun kita tetap harus menghormati orang lain yang mungkin secara ekonomi di bawah kita.
  ~Jika ingin mengubah sesuatu tidak bisa serta merta namun bertahap dan butuh waktu serta pengorbanan.
  ~ Kebahagiaan sejati berasal dari hati kita sendiri.
4.    Kelebihan dan Kekurangan
Novel ini menyajikan cerita yang menarik, banyak menyajikan pelajaran hidup, budi pekerti dan penuh kearifan. Bahasa yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah bahasa yang lugas sehingga mudah dimengerti.
Namun saat selesai membaca novel ini ada pertanyaan yang masihbelum terjawab yaitu saat Dam sekeluarga menonton sang kapten secara langsung di di kota mereka, mengapa ayah Dam tidak mau menyapa sang kapten dan minta tanda tangan serta foto bersama  padahal ayahnya mengenal sang kapten, Dam pun sangat berharap ayahnya melakukan hal itu untuknya namun ayahnya malah mengajaknya pulang dengan alasan kondisi ibunya yang lemah, padahal ibu masih kuat bertahan sebentar. Sebenarnya apa alasan ayah Dam, sayang sekali bagian ini tidak dibahas secara detail padahal jika dibahas pasti akan lebih menarik dan lebih memuaskan pembaca, tidak meninggalkan tanda tanya di hati dan pikiran pembaca. Penggambaran setting suasana dalam novel ini juga kurang variatif, hampir dalam setiap peristiwa selalu menggunakan setting suasana “saat hujan rintik-rintik”.
5.    Kesan setelah membaca novel
Setelah membaca novel ini saya lebih menyadari betapa besar kasih sayang antara orang tua pada anaknya begitu juga sebaliknya, setiap orang tua pasti ingin mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya agar anaknya tumbuh menjadi anak yang lebih baik dari mereka. Dari novel ini aya juga mendapatkan banyak pelajaran hidup dan  mengerti apa sebenarnya makna kabahagiaan sejati. Hakikat sejati kebahagiaan berasal dari hati kita sendiri, bagaimana kita membersihkan dan melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Itulah hakikat kebahagiaan sejati ketika kita bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata, memperolehnya tidak mudah, kita harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana dan apa adanya. Kita harus bekerja keras sungguh-sungguh dan atas pilihan sendiri memaksa hati kita berlatih.
Percayalah , memilki hati yang lapangdan dalam adalah konkret yang menyenangkan, ketika kita bisa berdiridengan seluruh kebahagiaanhidup, menatapkesibukan di sekitar, dan melewatihari-hari berjalan bersama keluarga tercinta.
Novel ini tentu sangat berharga bagi peminat sastra. Anda dapat membaca novel ini jika ingin mendapatkan banyak pelajaran hidup dan menemukan hakikat sejati kebahagiaan hidup. Novel ini teramat sayang jika kita lewatkan begitu saja. Oleh karena itu anda dapat membaca dan  memiliki novel Ayahku (Bukan) Pembohong.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com