REFLEKSI
MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
(bagian
1)
Saya
akan mencoba merefleksi pemahaman saya mengenai filsafat berdasarkan apa yang
telah saya pelajari selama mengikuti mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Pertama
saya akan memulai mengenai apa yang dimaksud dengan filsafat secara umum berdasarkan pemahaman saya. Menurut saya
filsafat mengandung beberapa kata yaitu pandangan,
paham, pikiran, interpretasi/evaluasi.
Filsafat
adalah suatu pandangan, contohnya,
filsafat memandang bahwa manusia itu bersifat biologi, memiliki akal atau
kesadaran sehingga mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, karena
manusia memiliki akal atau kesadaran itulah dapat disimpulkan bahwa manusia
memiliki martabat (martabat diperoleh dari penyimpulan).Karena itulah filsafat
bersifat metafisik dan lebih interpretatif.Berbeda dengan ilmu atau sains yang
lebih bersifat empiris (indrawi), diperoleh berdasarkan data dan fakta,
bersumber pada hukum alam sehingga lebih bersifat observable.
Filsafat
adalah pikiran, dimana filsafat itu
merupakan proses berpikir dan hasil berpikir.
Mengingat
saat ini banyak siswa yang enggan mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya,
mereka hanya pasif menerima dari guru dan hanya berpusat pada buku apalagi
didukung dengan kemajuan teknologi yang berkembang semakin pesat.Salah satunya
adalah internet yang menyediakan berbagai layanan dan memberikan kemudahan
dalam berbagai hal termasuk dalam tugas sekolah. Mungkin ada beberapa yang
menggunakan layanan tersebut sebagai referensi yang akan dikembangkan dengan
hasil pikirannya sendiri, namun hal itu sangat langka karena kebanyakan hanya
sebagai plagiator, mereka hanya menyalin apa yang didapat dari internet. Ini
akan berefek buruk bagi siswa itu sendiri karena mereka akan malas berpikir,
budaya plagiat pun akan semakin merajalela.
Disinilah
peran filsafat, filsafat akan dapat megubah kebiasaan tersebut karena dengan
berfilsafat akan mendorong seseorang untuk dapat berpikir kritis dan rasional.
Filsafat juga menuntut seseorang untuk berpikir sungguh-sungguh dengan
melibatkan seluruh pengalaman pribadinya agar menemukan hakikat dari masalah
yang dihadapinya. Dengan mengajarkan filsafat
maka diharapkan siswa dapat mencari dan membangun sendiri pengetahuannya
dengan cara berpikir melibatkan seluruh pengalaman pribadi dan potensi yang
dimilikinya sehingga akan terlepas dari budaya plagiator.
Selain
membangun budaya berpikir ternyata filsafat juga dapat mengembangkan sikap
toleransi terbukti dengan“kebenaran filsafat yang bersifat subjektif
paralelistik yaitu system teori yang dihasilkan oleh seorang filsuf itu benar
bagi dirinya dan para penganutnya, kebenaran itu berlaku dalam wilayahnya
masing-masing sehingga suatu system teori tidak dapat menjatuhkan system teori
yang lain mengenai kebenarannya”.
Mengingat
bangsa kita adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, ras,
budaya dan agama tentunya sangat diperlukan adanya toleransi agar tidak terjadi
perpecahan di bangsa ini. Oleh karena itu dengan mempelajari filsafat
diharapkan sikap toleransi akan tertanam pada diri siswa dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga walaupun kita hidup
dalam kemajemukan namun jika kita saling menghormati maka tak akan ada
perpecahan dan persatuan bangsa ini juga akan semakin kokoh.
Filsafat
sebagai interpretasi atau evaluasi.
Lahir dan berkembangnya filsafat telah membebaskan manusia dari belenggu
tradisi dan kebodohan serta membimbing manusia untuk lebih berpikir rasional.
Pertumbuhan dan perkembangan filsafat telah menghasilkan konsep atau teori yang
bersifat mendasar tentang segala sesuatu, dari konsep yang dihasilkan oleh
filsafat itulah muncul dan berkembang ilmusehingga filsafat dikatakan sebagai
induk dari ilmu. Lambat laun ilmu tersebut makin berkembang dan mandiri
sehingga memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat. Namun sebagai induk dari
ilmu,filsafat tetap berupaya membimbing perkembangan anaknya yaitu ilmu agar
menuju ke arah yang baik melalui evaluasi, kritik, dan koreksi agar ilmu dapat
berguna bagi masyarakat. Sebagai induk ilmu, filsafat tidak pernah mandul
karena pertanyaan selalu muncul dan jawaban yang diberikan tidak pernah
menghasilkan kepuasan sehingga filsafat selalu ada untuk menyempurnakan ilmu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi,
mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip dasar yang melandasi ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya
kata yang terkandung dalam filsafat adalah paham
atau aliran. Dalam filsafat terdapat beberapa paham atau aliran seperti
idealisme, realisme, pragmatisme, scholastisisme, eksistensialisme,
progresivisme, esensialisme, perenialisme, konstrukstivisme, dan sebagainya.
Namun
sebelum mendalami berbagai aliran filsafat tersebut kita akan singgah ke
filsafat pendidikan. Karena kita berada dalam lingkungan pendidikan maka kita
juga harus mengenal filsafat pendidikan agar kita dapat mengetahui bagaimana
pendidikan menurut pandangan filsafat. Oleh karena itu saya akan mencoba
memaparkan mengenai filsafat pendidikan. Sebenarnya filsafat pendidikan ini
tidak jauh berbeda dengan filsafat umum hanya saja objek yang dikaji dalam
filsafat pendidikan lebih spesifik yaitu mengenai pendidikan dan permasalahan
atau pertanyaan yang muncul mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan mencoba
mengungkap hakikat mengenai pendidikan, yang dapat dijadikan pedoman dalam
praktek pendidikan, serta memberi petunjuk kemana arah dan tujuan pendidikan
yang seharusnya. Sehingga pendidikan yang dicita-citakan akan tercapai.
Sumber bacaan :
Syaripudin,
Tatang dan Kurniasih, (2008), Pengantar
Filsafat Pendidikan, Bandung: Percikan Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar