Rabu, 26 Desember 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN


REFLEKSI MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
(bagian 1)
Saya akan mencoba merefleksi pemahaman saya mengenai filsafat berdasarkan apa yang telah saya pelajari selama mengikuti mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Pertama saya akan memulai mengenai apa yang dimaksud dengan filsafat secara umum berdasarkan pemahaman saya. Menurut saya filsafat mengandung beberapa kata yaitu pandangan, paham, pikiran, interpretasi/evaluasi.
Filsafat adalah suatu pandangan, contohnya, filsafat memandang bahwa manusia itu bersifat biologi, memiliki akal atau kesadaran sehingga mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, karena manusia memiliki akal atau kesadaran itulah dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki martabat (martabat diperoleh dari penyimpulan).Karena itulah filsafat bersifat metafisik dan lebih interpretatif.Berbeda dengan ilmu atau sains yang lebih bersifat empiris (indrawi), diperoleh berdasarkan data dan fakta, bersumber pada hukum alam sehingga lebih bersifat observable.
Filsafat adalah pikiran, dimana filsafat itu merupakan proses berpikir dan hasil berpikir.
Mengingat saat ini banyak siswa yang enggan mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya, mereka hanya pasif menerima dari guru dan hanya berpusat pada buku apalagi didukung dengan kemajuan teknologi yang berkembang semakin pesat.Salah satunya adalah internet yang menyediakan berbagai layanan dan memberikan kemudahan dalam berbagai hal termasuk dalam tugas sekolah. Mungkin ada beberapa yang menggunakan layanan tersebut sebagai referensi yang akan dikembangkan dengan hasil pikirannya sendiri, namun hal itu sangat langka karena kebanyakan hanya sebagai plagiator, mereka hanya menyalin apa yang didapat dari internet. Ini akan berefek buruk bagi siswa itu sendiri karena mereka akan malas berpikir, budaya plagiat pun akan semakin merajalela.
Disinilah peran filsafat, filsafat akan dapat megubah kebiasaan tersebut karena dengan berfilsafat akan mendorong seseorang untuk dapat berpikir kritis dan rasional. Filsafat juga menuntut seseorang untuk berpikir sungguh-sungguh dengan melibatkan seluruh pengalaman pribadinya agar menemukan hakikat dari masalah yang dihadapinya. Dengan mengajarkan filsafat  maka diharapkan siswa dapat mencari dan membangun sendiri pengetahuannya dengan cara berpikir melibatkan seluruh pengalaman pribadi dan potensi yang dimilikinya sehingga akan terlepas dari budaya plagiator.
Selain membangun budaya berpikir ternyata filsafat juga dapat mengembangkan sikap toleransi terbukti dengan“kebenaran filsafat yang bersifat subjektif paralelistik yaitu system teori yang dihasilkan oleh seorang filsuf itu benar bagi dirinya dan para penganutnya, kebenaran itu berlaku dalam wilayahnya masing-masing sehingga suatu system teori tidak dapat menjatuhkan system teori yang lain mengenai kebenarannya”.
Mengingat bangsa kita adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, ras, budaya dan agama tentunya sangat diperlukan adanya toleransi agar tidak terjadi perpecahan di bangsa ini. Oleh karena itu dengan mempelajari filsafat diharapkan sikap toleransi akan tertanam pada diri siswa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga walaupun kita hidup dalam kemajemukan namun jika kita saling menghormati maka tak akan ada perpecahan dan persatuan bangsa ini juga akan semakin kokoh.
Filsafat sebagai interpretasi atau evaluasi. Lahir dan berkembangnya filsafat telah membebaskan manusia dari belenggu tradisi dan kebodohan serta membimbing manusia untuk lebih berpikir rasional. Pertumbuhan dan perkembangan filsafat telah menghasilkan konsep atau teori yang bersifat mendasar tentang segala sesuatu, dari konsep yang dihasilkan oleh filsafat itulah muncul dan berkembang ilmusehingga filsafat dikatakan sebagai induk dari ilmu. Lambat laun ilmu tersebut makin berkembang dan mandiri sehingga memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat. Namun sebagai induk dari ilmu,filsafat tetap berupaya membimbing perkembangan anaknya yaitu ilmu agar menuju ke arah yang baik melalui evaluasi, kritik, dan koreksi agar ilmu dapat berguna bagi masyarakat. Sebagai induk ilmu, filsafat tidak pernah mandul karena pertanyaan selalu muncul dan jawaban yang diberikan tidak pernah menghasilkan kepuasan sehingga filsafat selalu ada untuk menyempurnakan ilmu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip dasar yang melandasi ilmu pengetahuan.
Selanjutnya kata yang terkandung dalam filsafat adalah paham atau aliran. Dalam filsafat terdapat beberapa paham atau aliran seperti idealisme, realisme, pragmatisme, scholastisisme, eksistensialisme, progresivisme, esensialisme, perenialisme, konstrukstivisme, dan sebagainya.
Namun sebelum mendalami berbagai aliran filsafat tersebut kita akan singgah ke filsafat pendidikan. Karena kita berada dalam lingkungan pendidikan maka kita juga harus mengenal filsafat pendidikan agar kita dapat mengetahui bagaimana pendidikan menurut pandangan filsafat. Oleh karena itu saya akan mencoba memaparkan mengenai filsafat pendidikan. Sebenarnya filsafat pendidikan ini tidak jauh berbeda dengan filsafat umum hanya saja objek yang dikaji dalam filsafat pendidikan lebih spesifik yaitu mengenai pendidikan dan permasalahan atau pertanyaan yang muncul mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan mencoba mengungkap hakikat mengenai pendidikan, yang dapat dijadikan pedoman dalam praktek pendidikan, serta memberi petunjuk kemana arah dan tujuan pendidikan yang seharusnya. Sehingga pendidikan yang dicita-citakan akan tercapai.

Sumber bacaan :
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih, (2008), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Percikan Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com